Halaman

Minggu, 23 Desember 2012

Menyerah Terhadap Insting Hati


Sebuah kisah yang saya cuplik dari buku #respectYourSelf

~ Seorang pencari spiritual muda dimarahi habis-habisan oleh gurunya karena gagal menjalankan tugas dengan baik. Seorang murid lain yang lebih berpengalaman yang berada disana saat itu meliha kecemasan si Pemuda itu kemudian bertanya, "Kamu tahu kenapa gurumu begitu keras terhadapmu?"

si Pemuda mengakui bahwa kemarahan gurunya itu sepertinya tdak pantas dia terima dan dia tidak mengerti mengapa dia dipersalahkan. Murid yang lebih berpengalaman itupun menjelaskan kepada si Pemuda bahwa ada tiga kelas murid.

Murid kelas tiga hanya mematuhi perintah gurunya, 
Murid kelas dua tidak perlu di instruksikan untuk melakukan sesuatu, dia merasakan kebutuhan gurunyasetelah pikiran muncul dari benak gurunya
Murid kelas satu dia bahkan bisa bertindak sebelum sang guru punya waktu untuk memikirkan kebutuhannya.

Hal seperti ini sama halnya dengan seorang pelatih atlet yang mendorong para pemain keluar dari zona nyaman untuk membuat alet tersebut menjadi lebih kuat. guru yang keras dalam kisah ini menginginkan muridnya yang muda menjadi murid kelas satu, bukan pemberi rata-rata. Dia ingin si Murid mempelajari betapa pentingnya membuka hati kita dalam berbagai hubungan dan mengantisipasi kebutuhan orang lain. itulah sebabnya dia begitu tegas dalam menekankan pelajaran itu ~

Hidup mengimbau kita untuk menyerah tercerhadap insting hati yang sama, untuk menjadi sangat tanggap terhadap kebutuhan orang lain sehingga kita menjadi alat penyembuh dan kenyamanan yang siap. Ini bukanlah tujun tinggi yang tidak bisa di capai. Dengan cara Anda sendiri, Anda akan selalu memiliki sesuatu untuk diberikan, baik itu senyum enyemangat, kata-kata penghargaan, uluran tangan, perspektifatau kemahiran khusus, atau kerelaan untuk mendengarkan. Anda mempunyai peran untuk bermain dalam lingkup pengaruh Anda, dan hati Anda akan memperlihatkan kepada Anda apa yang perlu diberikan, dan  kapan memberikannya. Anda hanya perlu mendengarkan.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Dari cuplikan diatas sebetulnya satu poin penting yang perlu di terapkan dalam segala jenis hubungan sesama manusia adalah “ANDA HANYA PERLU MENDENGARKAN”. Poin penting inilah yang sering terlewatkan oleh kita sebagai manusia yang memang di ciptakan sebagai makhluk sosial. Dengan banyak tuntutan terhadap kita, seringkali kita dapati diri sendiri berbicara atau mendengarkan seseorang yang membutuhkan kita sambil melakukan aktivitas lain. Hanya setengah dari diri kita yang berada disana ~HANYA SETENGAH MEMBERI~. Tidak mungkin untuk memberi sepenuhnya kecuali dengan memusatkan perhatian. Kedengarannya mudah kan? Seberapa sering kita mempertahankan sebuah hubungan yang tidak terputus dengan mereka yan membutuhkan kita?